Halo, Teman Eksam!
Sekolah mengajarkan banyak hal seperti rumus, teori, sejarah, dan hafalan. Tapi begitu kita melangkah ke dunia nyata, sering terasa bahwa semua itu belum cukup. Hidup ternyata punya “aturan tak tertulis” yang menentukan bagaimana seseorang bisa bertahan, bukan cuma pintar di atas kertas, tapi juga tangguh di lapangan.
Nah, biar Teman Eksam bisa bertahan dan bahkan berkembang, ini 9 hukum kehidupan yang tidak diajarkan di sekolah, tapi sangat menentukan arahmu di masa depan. Yuk, kita bahas!
Law of Averages: “The more you try, the more likely you succeed.”
Hukum rata-rata ini mengajarkan bahwa semakin sering kamu mencoba sesuatu, semakin besar kemungkinan kamu akan berhasil. Dunia ini bekerja lewat peluang, bukan semuanya ditentukan oleh bakat atau keberuntungan. Kadang keberhasilan datang bukan karena kamu paling hebat, tapi karena kamu paling gigih.
Kebanyakan orang berhenti di tengah jalan karena merasa gagal satu-dua kali berarti tidak berbakat. Padahal, kalau kamu mau mencoba sepuluh kali lagi, mungkin keberhasilanmu baru menunggu di percobaan berikutnya. Coba lihat orang sukses, hampir semuanya punya satu kesamaan, mereka tidak berhenti di kegagalan pertama.
- Setiap kegagalan adalah bagian dari statistik menuju sukses.
- Keberuntungan sering kali hanya hasil dari frekuensi usaha.
- Jadi, jangan takut gagal. Takutlah kalau kamu berhenti mencoba.
Keajaiban gak datang pada yang menunggu, tapi pada yang terus mencoba.
Murphy’s Law: “Anything that can go wrong, will go wrong.”
Hukum ini bukan untuk membuat kita pesimis, tapi mengingatkan bahwa segala sesuatu di dunia punya potensi untuk tidak berjalan sesuai rencana. Kalau sesuatu bisa salah, cepat atau lambat, hal itu akan terjadi juga.
Murphy’s Law mengajarkan kamu untuk siap dengan segala kemungkinan. Dalam hidup, tidak semua hal bisa kamu kontrol. Kadang yang kamu rancang sebulan penuh bisa gagal karena satu hal kecil yang tidak terpikirkan.
- Siapkan plan B, bahkan plan C, biar gak kaget kalau rencana utama gagal.
- Bangun mental tahan banting, bukan berharap semuanya sempurna, tapi siap kalau justru sebaliknya.
- Belajar untuk tetap tenang saat keadaan gak berjalan sesuai harapan.
Hidup gak bisa kamu atur sesuka hati, tapi kamu bisa atur caramu menanggapinya.
Kidlin’s Law: “If you can write the problem down clearly, the matter is half solved.”
Masalah sering kali terasa berat bukan karena sulit diselesaikan, tapi karena kita tidak tahu apa yang sebenarnya salah. Kalau kamu bisa menjelaskan masalahmu dengan jelas, berarti kamu sudah menyelesaikan separuhnya.
Menulis adalah cara terbaik untuk memahami isi kepala sendiri. Saat kamu menuliskan apa yang bikin cemas, sedih, atau bingung, kamu sedang merapikan kekacauan pikiran. Coba tulis dua pertanyaan ini:
- “Masalahku sebenarnya apa?”
- “Kenapa ini mengganggu aku?”
Setelah kamu bisa menjawab dengan jujur, pikiran jadi lebih jernih dan solusi biasanya muncul tanpa dipaksa.
Kadang, solusi muncul bukan setelah kamu berpikir keras, tapi setelah kamu menulis dengan jujur.
Parkinson’s Law: “Work expands to fill the time available for its completion.”
Jika kamu diberi waktu seminggu untuk menyelesaikan tugas, kemungkinan besar kamu akan selesai tepat seminggu. Tapi jika kamu hanya diberi waktu dua hari, ajaibnya kamu bisa selesai dua hari juga. Itu karena pekerjaan akan menyesuaikan waktu yang kamu berikan.
Hukum ini mengajarkan pentingnya manajemen waktu. Semakin longgar waktu yang kamu berikan kepada diri sendiri, semakin besar peluang kamu untuk menunda-nunda.
- Tetapkan batas waktu yang realistis tapi tegas.
- Biasakan diri menyicil pekerjaan sedikit demi sedikit.
- Gunakan teknik “deadline buatan” untuk menjaga fokus.
Disiplin waktu bukan tentang kerja lebih lama, tapi kerja lebih sadar.
Gilbert’s Law: “The biggest problem at work is that nobody tells you what to do.”
Begitu masuk dunia kerja, tidak akan ada lagi yang memberikan kamu instruksi selengkap guru di sekolah. Dunia nyata menuntut inisiatif dan tanggung jawab pribadi.
Kamu akan tahu jika kamu mulai dewasa, ketika kamu tidak lagi menunggu diarahkan. Orang yang punya inisiatif tahu apa yang harus dilakukan bahkan tanpa diminta.
- Jangan tunggu arahan, cari tahu sendiri apa yang bisa kamu bantu.
- Ketika kamu proaktif, kamu bukan lagi pekerja biasa, tapi calon pemimpin.
- Dunia kerja menghargai orang yang berpikir dan bergerak, bukan yang menunggu.
Dewasa itu ketika kamu tidak lagi menunggu arah, tapi mulai menciptakan arah sendiri.
Walsen’s Law: “If you put information and intelligence first, money follows.”
Jika kamu menaruh ilmu dan kecerdasan di tempat pertama, uang akan mengikuti dengan sendirinya. Uang hanyalah efek samping dari kompetensi dan integritas.
Kebanyakan orang terlalu fokus mencari uang, padahal yang harus dicari dulu adalah nilai diri. Saat kamu jadi orang yang pintar, jujur, dan bisa dipercaya, uang akan datang lewat kepercayaan orang lain.
- Belajar hal baru setiap hari, walaupun sedikit.
- Fokus memperluas wawasan, bukan hanya mempertebal dompet.
- Uang bisa habis, tapi ilmu akan terus menghasilkan.
Kalau kamu bernilai, dunia akan membayar sesuai nilai itu.
Falkland’s Law: “If it’s not necessary to make a decision, it’s necessary not to make a decision.”
Kadang, keputusan terbaik adalah belum memutuskan apa pun. Tidak semua hal butuh reaksi cepat. Dalam hidup, waktu bisa jadi alat berpikir paling bijak.
Falkland’s Law mengajarkan kamu untuk tenang dalam mengambil langkah. Sering kali, keputusan buruk lahir karena kita terburu-buru ingin segera selesai.
- Kalau belum perlu, jangan paksakan diri untuk memilih.
- Gunakan waktu untuk menganalisis lebih dalam.
- Kadang diam sejenak bukan berarti pasif, tapi sadar bahwa emosi belum stabil.
Dewasa bukan berarti cepat memutuskan, tapi tahu kapan harus berhenti dan berpikir dulu.
Sturgeon’s Law: “90% of everything is crap.”
Dari semua hal di dunia ini, ide, berita, konten, bahkan opini, 90% di antaranya tidak terlalu berguna. Hanya sekitar 10% yang benar-benar bernilai.
Hukum ini bukan untuk merendahkan, tapi mengingatkan kita supaya selektif. Di era banjir informasi seperti sekarang, kemampuan memilih itu lebih penting daripada kemampuan tahu banyak.
- Belajar filtering skill: bedakan mana yang fakta, opini, atau hanya sensasi.
- Jangan percaya semua yang viral, popularitas bukan jaminan kebenaran.
- Fokus pada kualitas, bukan kuantitas.
Bijak bukan berarti tahu semuanya, tapi tahu mana yang pantas kamu percaya.
Peter’s Principle: “People rise to the level of their incompetence.”
Hukum ini menjelaskan bahwa dalam dunia kerja, orang biasanya dipromosikan terus sampai akhirnya mereka mencapai posisi yang tidak bisa mereka kuasai, alias mentok di level ketidakmampuan mereka.
Pelajarannya sangat jelas, jangan cuma kejar jabatan, tapi kejar kemampuan. Kenaikan posisi tanpa peningkatan kompetensi hanya akan membuat kamu kesulitan sendiri.
- Fokus pada belajar, bukan sekadar naik pangkat.
- Jangan malu mengakui hal yang belum kamu kuasai.
- Jadikan setiap posisi sebagai tempat belajar, bukan tujuan akhir.
Naik jabatan itu keberuntungan, tapi naik kemampuan itu pilihan.
BACA JUGA: Menulis Buku Harian, Apakah Membantu Refleksi Diri?
Jadilah Pribadi yang terus Berkembang!
Sekolah mengajarkan rumus, tapi hidup mengajarkan intuisi. Dan perlu Teman Eksam ketahui, bahwa yang paling bertahan bukan yang paling pintar, tapi yang paling sadar, fleksibel, dan mau terus belajar dari kenyataan.
Yuk, temukan lebih banyak panduan praktis untuk belajar, bekerja, dan berkembang bareng Eksam – Teman Belajar Kamu!