251 Juta Anak Tak Sekolah! Dunia Darurat Pendidikan, Indonesia Harus Waspada

Halo, Teman Eksam!

Bayangkan sebanyak seperempat miliar anak dan remaja di dunia hari ini belum masuk sekolah atau sama sekali tak memperoleh pendidikan formal. Ini bukan angka kecil ini adalah panggilan perubahan yang mendesak.

Di tengah data global yang mengkhawatirkan ini, kita di Indonesia juga harus bertanya: apa makna dari kondisi dunia itu bagi siswa, guru, sekolah, dan kebijakan pendidikan kita? Mari kita telusuri bersama.

Fakta Global Anak Tak Sekolah yang Mencengangkan

Laporan terbaru dari UNESCO menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan. Sekitar 251 juta anak dan remaja di seluruh dunia, masih belum mendapatkan akses ke pendidikan. Artinya, 1 dari 5 anak usia sekolah di dunia tidak duduk di bangku sekolah. Lebih mengejutkan lagi, angka ini hanya turun sekitar 1% sejak tahun 2015.

Ini menandakan bahwa kemajuan global dalam mewujudkan pendidikan untuk semua berjalan sangat lambat. Padahal, dunia telah berkomitmen lewat Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG 4) untuk memastikan pendidikan inklusif dan berkualitas bagi semua anak sebelum 2030.

Kesenjangan pendidikan paling besar terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, terutama di kawasan Afrika Sub-Sahara, Asia Tengah, dan Asia Selatan. Di banyak wilayah tersebut, anak-anak harus berhenti sekolah karena faktor kemiskinan, konflik, pernikahan dini, hingga jarak sekolah yang terlalu jauh.

Selain itu, pendanaan pendidikan global juga masih sangat timpang. Beberapa negara bahkan hanya mengalokasikan kurang dari 4% Produk Domestik Bruto (PDB) mereka untuk sektor pendidikan, jauh di bawah rekomendasi UNESCO yang menyarankan minimal 6%. Akibatnya, sekolah kekurangan fasilitas, guru tidak terlatih dengan baik, dan banyak anak akhirnya tertinggal dari perkembangan dunia yang semakin digital dan kompetitif.


Banyak Anak Tak Sekolah, Apa Artinya untuk Indonesia?

Peringatan Global Jadi Cermin Lokal

Meskipun Indonesia telah berhasil memperluas akses pendidikan dasar dan menengah selama beberapa dekade terakhir, tantangan baru tetap muncul. Masih ada anak-anak yang putus sekolah di jenjang SMP dan SMA, terutama di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Selain itu, kualitas pembelajaran belum merata, ada kesenjangan besar antara daerah perkotaan dan pedesaan. Fakta global ini menjadi cermin penting bagi Indonesia, bahwa pendidikan bukan hanya soal kuantitas murid yang bersekolah, tetapi juga kualitas pembelajaran yang mereka terima.

Kualitas Tidak Sama dengan Hanya Kehadiran Fisik

Sekadar hadir di sekolah tidak menjamin seseorang benar-benar belajar. Banyak siswa yang datang ke kelas tanpa benar-benar memahami materi, atau bahkan kehilangan motivasi karena sistem pembelajaran yang belum sesuai dengan kebutuhan zaman. Jika 251 juta anak di dunia tidak bersekolah, maka ratusan juta lainnya mungkin “hadir tapi tidak belajar”. Di Indonesia, masalah learning loss pasca-pandemi dan ketimpangan akses internet memperparah tantangan ini. Maka, perbaikan kurikulum dan pelatihan guru yang adaptif menjadi hal yang mendesak.

Pentingnya Investasi Pendidikan & Kebijakan Proaktif

Stagnasi global menegaskan satu hal: pendidikan tidak akan membaik tanpa komitmen nyata terhadap investasi dan kebijakan berkelanjutan. Indonesia perlu terus memperkuat anggaran pendidikan, akses teknologi, pelatihan guru, dan sistem pendidikan inklusif. Fokusnya bukan hanya membangun gedung sekolah, tetapi juga memastikan bahwa anak-anak benar-benar memperoleh pengalaman belajar yang bermakna dan relevan dengan dunia kerja masa depan.

Kesempatan bagi Generasi Muda

Teman Eksam punya peran penting dalam perubahan ini. Kamu bisa mulai dengan hal sederhana, mendukung teman yang kesulitan belajar, ikut kegiatan literasi di komunitas, menjadi mentor, atau bahkan menyuarakan pentingnya pendidikan yang setara di lingkunganmu. Setiap tindakan kecil bisa berdampak besar. Ingat, cita-cita “tidak ada satu anak pun yang tertinggal” bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga tanggung jawab kita semua sebagai generasi yang peduli masa depan bangsa.


Langkah yang Bisa Kita Ambil Sekarang

  1. Sekolah atau organisasi siswa bisa mengadakan program adopsi teman sekelas yang kesulitan atau sering absen.
  2. Guru dan sekolah bisa memantau kehadiran, kualitas pembelajaran, dan memastikan tak ada anak yang “terjatuh” di sekolah.
  3. Pemerintah dan masyarakat perlu mendorong akses internet dan teknologi pembelajaran di daerah-terpencil agar anak tak sekolah bukan karena hambatan teknis.
  4. Gunakan kesempatanmu belajar bukan sekadar untuk diri sendiri, tapi sebagai “kelebihan” yang bisa dibagikan ke teman atau lingkungan yang butuh.

BACA JUGA: Negara dengan Sistem Pendidikan Terbaik di Dunia, Apa yang Bisa Kita Tiru

FAQ Seputar Anak Tak Sekolah

Q1. Kenapa masih banyak anak yang tidak sekolah padahal sudah ada banyak program pendidikan gratis?
A1. Karena hambatan tak hanya soal biaya. Tapi juga jarak ke sekolah, kualitas sekolah, pendekatan pembelajaran yang tak relevan, konflik daerah, serta kewajiban membantu keluarga yang membuat anak keluar sekolah.

Q2. Apakah angka “251 juta anak tak sekolah” termasuk anak yang absen sementara saja?
A2. Angka tersebut mencakup anak yang tidak terdaftar atau sama sekali belum masuk sekolah formal. Data ini berasal dari estimasi global yang memperhitungkan banyak negara dengan sistem data yang berbeda.

Q3. Apakah Indonesia termasuk negara dengan banyak anak yang tak sekolah?
A3. Indonesia telah melakukan banyak kemajuan dalam akses pendidikan dasar, tetapi tantangan kualitas, inklusi (anak dengan kebutuhan khusus, daerah terpencil), dan tingkat putus sekolah tetap harus diperhatikan sebagai bagian dari upaya global.

Q4. Bagaimana anak atau siswa bisa membantu situasi ini?
A4. Ikut program tutoring teman sebaya, kampanye kesadaran di sekolah tentang pentingnya bersekolah. Selain itu, menjadi relawan di organisasi sosial pendidikan, atau sekadar menjadi teman bagi yang kesulitan dengan pembelajaran juga dapat membantu.

Q5. Apa akibat jangka panjang jika masalah ini tidak diatasi?
A5. Jika generasi besar anak tidak mendapatkan pendidikan, akan muncul dampak: rendahnya keterampilan angkatan kerja, produktivitas nasional yang menurun, kesenjangan sosial meningkat, dan pemenuhan target SDG 4 menjadi sulit tercapai.


Mari Buat Perubahan Besar dengan Pendidikan!

Teman Eksam, meski angka “251 juta anak tak sekolah” terasa jauh realitasnya itu adalah panggilan untuk kita semua. Pendidikan bukan hanya hak individu, tapi fondasi masa depan bangsa. Kamu bisa menjadi bagian dari perubahan besar melalui langkah kecil di lingkunganmu sendiri.

Mari kita belajar dengan penuh syukur, berbagi dengan hati, dan bekerja agar generasi kita, dan generasi selanjutnya tidak tertinggal.

Yuk, temukan lebih banyak panduan praktis untuk belajar, bekerja, dan berkembang bareng Eksam – Teman Belajar Kamu!

Leave a Comment