Halo, Teman Eksam!
Pernah nggak, kamu melihat anak atau adikmu yang baru belajar sebentar langsung kehilangan fokus?
Padahal, kamu sudah menyiapkan buku, camilan, bahkan musik lembut agar suasana kondusif. Tapi tetap saja, lima menit pertama semangat, lima menit berikutnya melamun.
Nah, sebelum buru-buru menilai anak itu “malas” atau “tidak serius,” ada baiknya kita pahami dulu: apakah masalahnya benar ada pada anak, atau justru pada cara belajar yang diterapkan? Yuk, simak sampai akhir!
Otak Anak Bekerja Berbeda dari Orang Dewasa
Menurut Harvard Center on the Developing Child (2024), kemampuan fokus anak di usia SD rata-rata hanya bertahan selama 10–15 menit sebelum mereka butuh jeda. Artinya, kalau anak belajar satu jam tanpa istirahat, bisa jadi 45 menitnya justru tidak efektif.
Selain itu, penelitian dari University of California (2023) menunjukkan bahwa otak anak belajar paling optimal ketika aktivitas melibatkan gerakan, warna, dan interaksi. Dengan kata lain, belajar pasif seperti hanya mendengarkan ceramah atau membaca teks panjang tidak cocok untuk semua anak.
Gaya Belajar Anak Itu Beragam
Tidak semua anak bisa belajar dengan cara yang sama. Ada yang cepat menangkap pelajaran lewat visual, ada yang harus mendengar, ada juga yang baru paham setelah mempraktikkan.
Berikut tiga tipe utama gaya belajar yang sering ditemukan:
| Tipe Belajar | Ciri-ciri | Cara Belajar yang Disarankan |
|---|---|---|
| Visual | Lebih mudah memahami lewat gambar, warna, diagram | Gunakan peta konsep, video, dan catatan berwarna |
| Auditori | Mudah menangkap lewat suara atau penjelasan | Gunakan rekaman, diskusi, atau lagu edukatif |
| Kinestetik | Sulit diam, belajar sambil bergerak | Gunakan eksperimen, simulasi, atau permainan peran |
Jadi, kalau anakmu nggak bisa duduk tenang bukan berarti dia nakal, Teman Eksam mungkin dia tipe kinestetik yang memang butuh ruang untuk bergerak.
Lingkungan Belajar Juga Berperan Besar
Menurut American Psychological Association (APA, 2024), anak-anak cenderung sulit fokus jika lingkungan belajarnya terlalu banyak distraksi, seperti suara TV, gawai, atau suasana rumah yang ramai.
Coba bantu anak menciptakan:
- Zona belajar yang tenang dan tetap, misalnya pojok kamar yang hanya digunakan untuk belajar
- Rutinitas jam belajar yang konsisten, otak anak suka keteraturan
- Jeda istirahat tiap 15–20 menit, cukup 5 menit untuk minum, jalan sebentar, lalu kembali fokus
Kurang Tidur dan Gizi Juga Bisa Jadi Penyebab
Fakta menarik dari Kementerian Kesehatan RI (2024):
4 dari 10 anak usia sekolah di Indonesia mengalami gangguan konsentrasi karena kurang tidur dan pola makan tinggi gula.
Kelebihan konsumsi makanan manis dan kurang asupan zat besi dapat menurunkan kemampuan fokus hingga 25%. Tips untuk Teman Eksam, pastikan anak tidur cukup (8–10 jam per malam), makan makanan bergizi, dan hindari cemilan manis berlebihan saat belajar.
Anak Butuh Belajar dengan Cara yang Bermakna
Anak sering kehilangan fokus karena tidak mengerti “mengapa” mereka harus belajar sesuatu.
Menurut riset dari UNESCO (2024), anak-anak yang merasa pembelajaran relevan dengan kehidupannya menunjukkan peningkatan motivasi belajar hingga 60%.
Coba ubah pendekatan belajar dari “hafalkan ini” menjadi “coba kita cari tahu kenapa ini penting.”
Misalnya:
- Saat belajar matematika: “Kalau kamu mau jualan, gimana cara ngitung untungnya?”
- Saat belajar IPA: “Kenapa kalau es dikeluarin dari freezer bisa mencair?”
Pendekatan ini membuat anak merasa belajar itu bukan beban, tapi petualangan.
BACA JUGA: Emotional Parenting, Cara Membesarkan Anak yang Cerdas Secara Emosi
FAQ Seputar Anak Susah Fokus
1. Apakah anak yang susah fokus pasti ADHD?
Tidak selalu. ADHD hanya salah satu kemungkinan. Banyak anak terlihat sulit fokus karena metode belajar atau lingkungannya belum mendukung gaya belajar mereka.
2. Apa tanda anak butuh pendekatan belajar baru?
Jika anak sering gelisah, cepat bosan, atau tidak mengingat pelajaran meski sudah diulang, mungkin cara belajarnya perlu disesuaikan.
3. Berapa lama waktu ideal anak belajar dalam sehari?
Untuk anak SD, sekitar 1–2 jam dengan jeda tiap 20 menit. Lebih baik sedikit tapi konsisten daripada lama tapi tidak fokus.
4. Apakah gawai membuat anak susah fokus?
Ya, jika digunakan berlebihan. Namun, jika dimanfaatkan dengan bijak, seperti menonton video edukatif interaktif justru bisa membantu.
5. Bagaimana peran orang tua dalam meningkatkan fokus anak?
Orang tua berperan sebagai pendamping. Dukung anak untuk mengenali gaya belajarnya, buat suasana belajar yang nyaman, dan berikan apresiasi sekecil apapun kemajuannya.
Belajar Bukan Soal Duduk Diam, Tapi Soal Cara Menyerap
Teman Eksam, anak susah fokus bukan berarti mereka malas atau tidak pintar. Bisa jadi mereka hanya belum menemukan cara belajar yang cocok dengan ritme otak dan minatnya.
Alih-alih memaksa mereka belajar lebih lama, bantu mereka belajar lebih efektif. Karena setiap anak unik, dan mereka berhak mendapatkan metode belajar yang memahami cara mereka tumbuh.
Yuk, temukan lebih banyak panduan praktis untuk belajar, bekerja, dan berkembang bareng Eksam – Teman Belajar Kamu!