Kelebihan Informasi, Kekurangan Pemahaman: Efek Overinformasi di Era Digital

Halo, Teman Eksam!

Pernah nggak sih kamu merasa kewalahan karena terlalu banyak informasi di internet? Setiap hari, kita diserbu berita, opini, dan data dari berbagai sumber, mulai dari media sosial, notifikasi berita, hingga grup WhatsApp keluarga.

Namun ironisnya, semakin banyak kita tahu, justru semakin sulit untuk benar-benar memahami. Fenomena ini disebut overinformasi (information overload). Apa artinya? Yuk, kita bahas

Apa Itu Overinformasi?

Overinformasi terjadi ketika jumlah informasi yang diterima jauh lebih banyak daripada yang bisa kita cerna secara efektif. Akibatnya, otak jadi kesulitan membedakan mana informasi penting, relevan, dan benar. Fenomena ini sering membuat kita:

  • Cepat percaya pada informasi tanpa verifikasi
  • Sulit fokus dan cepat jenuh
  • Merasa “pintar” karena tahu banyak, padahal pemahamannya dangkal

Dalam dunia psikologi kognitif, kondisi ini disebut juga dengan “illusion of knowledge”, yaitu ilusi bahwa kita tahu banyak, padahal sebenarnya hanya menumpuk potongan informasi tanpa pemahaman mendalam.


Kita Hidup di Era Informasi Berlebih

Menurut World Economic Forum (2024), setiap hari manusia di seluruh dunia memproduksi lebih dari 328 juta terabyte data baru. Angka itu menggambarkan betapa derasnya arus informasi yang terus mengalir, dari media sosial, portal berita, video pendek, hingga percakapan digital sehari-hari.

Sebuah studi dari University of California, San Diego, memperkirakan bahwa rata-rata orang kini mengonsumsi informasi setara 34 gigabyte per hari, atau hampir lima kali lipat lebih banyak dibanding tahun 2000. Dengan kata lain, dalam sehari kita menyerap informasi setara menonton ratusan film, tapi tidak semuanya benar-benar kita cerna.

Di Indonesia sendiri, fenomena ini sudah terasa nyata. Berdasarkan data APJII (2024), sekitar 78% pengguna internet mengaku mengalami “information fatigue” atau kelelahan akibat banjir informasi, terutama dari media sosial dan berita daring. Banyak yang akhirnya merasa cemas, bingung, bahkan sulit membedakan mana informasi penting dan mana yang hanya sekadar “noise”.

Artinya, Teman Eksam, kita bukan hidup di zaman kekurangan informasi. Justru sebaliknya, kita tenggelam dalam lautan informasi. Tantangan kita sekarang bukan lagi mencari tahu, melainkan belajar memilah dan memahami.


Dampak Overinformasi ke Kehidupan Sehari-hari

1. Kecemasan dan FOMO (Fear of Missing Out)

Ketika semua orang terlihat tahu sesuatu di media sosial, kita takut ketinggalan berita. Akibatnya, kita terus menggulir layar tanpa henti.

2. Menurunnya Kualitas Fokus dan Retensi Memori

Penelitian dari Harvard Business Review (2023) menunjukkan bahwa multitasking akibat banjir informasi dapat menurunkan produktivitas hingga 40%.

3. Sulit Membedakan Fakta dan Opini

Ketika setiap orang bisa berbicara di media sosial, batas antara berita, opini, dan hoaks jadi kabur. Akibatnya, banyak orang merasa tahu padahal hanya membaca judul.

4. Superfisialitas dalam Berpikir

Overinformasi mendorong kita berpikir cepat tapi dangkal. Tahu banyak hal, tapi tidak benar-benar mendalam memahami satu hal pun.


Overinformasi Merupakan Fenomena Global

Di Amerika Serikat, survei Pew Research (2023) menemukan bahwa 64% generasi muda merasa mengalami “kelelahan digital”. Mereka mengaku sulit mengikuti arus berita, tren, dan opini yang berubah begitu cepat di dunia maya. Setiap hari ada hal baru untuk diketahui, tapi belum sempat mencerna yang lama, yang baru sudah datang lagi.

Sementara itu di Jepang, muncul istilah menarik yaitu “infodementia.” Istilah ini menggambarkan kondisi di mana seseorang menjadi bingung dan kehilangan fokus karena terlalu banyak mengonsumsi informasi tanpa konteks. Akibatnya, otak seolah kelebihan beban, tahu banyak hal, tapi semuanya terasa bercampur dan tidak bermakna.

Bahkan di tingkat kebijakan, Uni Eropa sudah mengambil langkah serius. Melalui Digital Services Act (DSA), mereka berupaya mengatur arus informasi digital agar tidak berlebihan dan menyesatkan. Regulasi ini menjadi bukti bahwa masalah overinformasi bukan sekadar urusan individu, melainkan tantangan sosial yang perlu dikelola bersama.

Cara Menghadapi Overinformasi ala Teman Eksam

  1. Batasi konsumsi berita dan media sosial.
    Misalnya, cukup 2 kali sehari dengan durasi maksimal 30 menit.
  2. Fokus pada sumber yang kredibel.
    Jangan ambil semua informasi mentah-mentah; pastikan dari media resmi atau ahli di bidangnya.
  3. Praktikkan “deep reading” bukan sekadar “scrolling”.
    Bacalah dengan niat memahami, bukan sekadar tahu.
  4. Latih berpikir kritis.
    Tanyakan: “Apa konteksnya? Siapa sumbernya? Apa buktinya?” sebelum percaya atau menyebarkan.
  5. Istirahat digital.
    Matikan notifikasi sesekali. Otak juga butuh waktu hening untuk berpikir jernih.

BACA JUGA: Micro-Habits Anak Sekolah, Kebiasaan 5 Menit yang Mempengaruhi Nilai

FAQ Seputar Overinformasi

1. Apa bedanya overinformasi dan misinformasi?
Overinformasi adalah kelebihan informasi, sedangkan misinformasi adalah informasi yang salah. Overinformasi bisa menyebabkan orang lebih mudah terjebak misinformasi.

2. Apakah overinformasi bisa berdampak pada mental?
Ya, bisa menimbulkan stres, kecemasan, dan kelelahan digital karena otak terus dipaksa memproses tanpa henti.

3. Bagaimana cara agar tidak mudah percaya berita hoaks?
Biasakan membaca lebih dari satu sumber, periksa kredibilitasnya, dan hindari menyebarkan jika belum yakin.

4. Apakah anak muda paling rentan terhadap overinformasi?
Benar. Generasi muda adalah pengguna internet paling aktif, tapi belum semuanya punya kemampuan literasi digital yang kuat.

5. Apakah overinformasi bisa diatasi sepenuhnya?
Tidak sepenuhnya, tapi bisa dikendalikan dengan kebiasaan digital yang sehat dan kesadaran literasi informasi.


Mari Seimbangkan Antara Tahu dan Paham!

Kita memang hidup di zaman di mana informasi tersedia di ujung jari, tapi paham itu butuh waktu dan ketenangan. Daripada tahu banyak tapi bingung, lebih baik memahami sedikit tapi dalam. Menjadi “pintar” di era digital bukan soal siapa yang tahu paling cepat, tapi siapa yang bisa memilah, memahami, dan mengolah informasi dengan bijak.

Yuk, temukan lebih banyak panduan praktis untuk belajar, bekerja, dan berkembang bareng Eksam – Teman Belajar Kamu!

Leave a Comment