Halo, Teman Eksam!
Mungkin kamu sudah tidak asing dengan dua nasihat yang sering beredar di media sosial: “Kerjalah sesuai passionmu, maka kamu tak akan pernah bekerja seharian pun,” dan “Jangan pilih kerja yang cuma bikin senang, tapi yang bisa bikin hidup aman.” Dua kalimat ini sering jadi bahan perdebatan, terutama di kalangan anak muda yang sedang mencari arah kariernya.
Bagi banyak Gen Z dilema tersebut terasa sangat nyata. Di satu sisi, bekerja sesuai passion dianggap sebagai jalan menuju kebahagiaan dan makna hidup. Namun di sisi lain, kenyataan ekonomi, tingginya biaya hidup, dan ketatnya persaingan kerja membuat pilihan “kerja demi bertahan hidup” menjadi sesuatu yang rasional dan bahkan perlu.
Maka, pertanyaannya pun muncul, apakah harus memilih passion, atau realistis dengan kebutuhan hidup? Yuk, kita bahas!
Fakta & Data Terkini
Menurut survei dari LinkedIn (2024), sekitar 60% profesional Gen Z mengaku bahwa pekerjaan yang mereka jalani saat ini tidak sepenuhnya sesuai dengan passion atau minat pribadi. Meski begitu, sebagian besar tetap bertahan karena faktor stabilitas gaji dan keamanan finansial dianggap lebih penting di masa sekarang.
Sementara itu, studi dari Pew Research Center (2023) menunjukkan bahwa Gen Z dan milenial cenderung mencari makna dan tujuan dalam pekerjaan mereka. Namun, menariknya, 51% responden juga menyatakan bahwa mereka khawatir terhadap kondisi finansial jangka panjang. Artinya, generasi ini sebenarnya ingin bekerja dengan hati, tapi realita ekonomi membuat mereka harus berpikir lebih pragmatis.
Di Indonesia, fenomena ini juga terasa kuat. Berdasarkan riset Katadata (2023), banyak lulusan muda yang akhirnya memilih pekerjaan berdasarkan gaji cepat cair, bukan bidang yang benar-benar mereka sukai. Faktor seperti kemampuan terbatas, jaringan yang sempit, dan peluang kerja yang tidak merata turut mendorong keputusan itu.
Dengan kata lain, “kerja demi bertahan hidup” bukan pilihan yang salah, tapi seringkali satu-satunya pilihan yang realistis.
Kenapa Dilema Ini Semakin Wajar untuk Gen Z?
1. Tingginya Ekspektasi Passion
Media sosial dan platform karier sering mengidolakan “kerja yang sesuai hobi”. Ini memunculkan harapan tinggi bahwa setiap kerja akan memberi kebahagiaan instan, padahal realitas sering kali berbeda.
2. Persaingan Ekonomi & Globalisasi
Pasar kerja kini tidak hanya lokal, justru banyak pekerjaan berskala global. Gen Z harus bersaing dengan talenta dunia dan menghadapi tekanan ekonomis seperti utang, biaya tempat tinggal, dan inflasi.
3. Realitas Pendidikan & Keterampilan yang Tidak Selalu Sesuai
Banyak lulusan masih belum punya keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri atau minat mereka sendiri, sehingga memilih pekerjaan yang “tersedia” bukan yang “dicintai”.
4. Nilai Makna di Pekerjaan Lebih Tinggi
Menurut data Pew Research, Gen Z ingin pekerjaan yang “memiliki makna” (meaningful work) bukan hanya gaji. Namun, makna saja tidak cukup jika gaji dan stabilitas tidak ada.
Bagaimana Memilih Kerja yang Tepat?
Berikut cara agar kamu bisa menggabungkan keseimbangan antara passion dan bertahan hidup:
- Identifikasi Passion & Potensi yang Realistis
Tanyakan pada diri sendiri: “Apa yang saya sukai? Apa yang saya bisa? Apa yang bisa saya tawarkan pasar?” - Bangun Skill yang Bisa Digunakan Secara Komersial
Passion bagus, tapi kalau pasarnya kecil, susah. Kombinasikan passionmu dengan skill yang dibutuhkan. - Pertimbangkan Penyelarasan
Jika kamu belum bisa bekerja penuh di bidang passion, kamu bisa mulai dari “kerja yang aman + side project passion”. - Perencanaan Finansial
Atur anggaran, punya dana darurat agar kamu tak tertekan hanya karena pekerjaan belum ideal secara passion. - Jadilah Adaptif & Terbuka
Dunia kerja cepat berubah, kadang passionmu hari ini bisa jadi peluang baru besok. - Evaluasi Secara Berkala
Setiap 6–12 bulan, lihat: Apakah pekerjaanmu makin mendekat ke passion? Apakah kamu makin berkembang? Kalau tidak, mungkin saatnya perubahan.
BACA JUGA: Anak Muda Pandai Edit CV, Tapi Takut Bicara di Interview?
FAQ Seputar Kerja dan Passion
1. Apakah saya harus berhenti dari pekerjaan sekarang untuk mengejar passion?
Tidak harus segera. Mulailah dengan mengeksplorasi passion di waktu luang atau cari pekerjaan yang mendekat ke bidang yang kamu sukai.
2. Apakah kerja demi bertahan hidup berarti saya gagal mengikuti passion?
Tidak. Bertahan hidup itu wajar dan penting, justru tantangannya adalah bagaimana kamu bisa menambahkan passion dalam pekerjaanmu atau mulai bergerak ke arah yang kamu sukai.
3. Bagaimana kalau passion saya nggak punya pasar?
Pertimbangkan bagaimana kamu bisa mengkombinasikan passion dengan skill lain yang lebih dibutuhkan pasar atau menjadikan passion sebagai side hustle sambil kerja utama.
4. Apakah Gen Z benar-benar lebih mementingkan makna pekerjaan?
Ya. Riset menunjukkan banyak Gen Z yang memilih pekerjaan dengan makna lebih tinggi daripada generasi sebelumnya. Namun makna saja tidak cukup jika kondisi finansial tidak aman.
5. Kapan waktu yang tepat untuk mengejar passion penuh?
Setelah kamu punya pondasi: skill yang cukup, dana cadangan finansial, dan pemahaman pasar. Jika belum, maksimalkan dulu pekerjaan yang ada sambil bergerak ke arah passion secara bertahap.
Passion Memberi Arah, Stabilitas Memberi Pijakan
Teman Eksam, kerja sesuai passion atau kerja demi bertahan hidup bukan soal memilih satu dan mengabaikan yang lain. Alangkah lebih tepat memilih pekerjaan dengan kedua aspek itu dalam ukuran yang seimbang, agar kamu bisa hidup aman dan merasakan makna.
Di era yang penuh perubahan ini, pekerjaan yang memuaskan bukan hanya soal apa yang kamu lakukan, tapi juga bagaimana kamu melakukannya dan apa hasilnya untukmu. Passion memberi arah, stabilitas memberi pijakan. Jadi saat keduanya berjalan bergandengan, kariermu bukan hanya bertahan, tapi juga berkembang.
Yuk, temukan lebih banyak panduan praktis untuk belajar, bekerja, dan berkembang bareng Eksam – Teman Belajar Kamu!